Kesan Istimewa dari Mahasiswa terhadap Jogja

Kesan Istimewa dari Mahasiswa terhadap Jogja

Kamu kuliah di jogja ? ayo baca ini ...
heheh

Yogyakarta yang memiliki anak bernama Djogja sejak dulu sampai sekarang --era pemerintahan Jokowi-- dikenal sebagai kota Pelajar. Kota berlabel istimewa ini seakan berisi pemuda pemudi rantau yang tak sama tinggi, tak serupa wajah, tak sewarna kulit serta tak senada dalam bahasa. Setiap orang yang pernah terlibat langsung dengan elemen kota jogja pastilah akan berkata "Jogja Istimewa".
Dari sekian juta mahasiswa/i rantau yang pernah "numpang" tinggal disana, tak sedikit dari mereka yang terjebak nyaman di dalamnya. Kami misalnya, segelintir mahasiswa yang sok romantis dengan style mengada-ngada cenderung sederhana, selalu saja bangga setiap ditanya "Kuliah dimana?" pada saat pulang kerumah. Karena begitu sulit dijelaskan rasa yang ada ketika berbicara tentang Jogja. Entah apa yang disuguhkan Jogja sehingga begitu istimewa dibanding kota lain di pulau Jawa. Berikut kesan istimewa Djogja dimata mahasiswa.

1. Djogja mengantarkan mereka menjadi Sarjana


Taukah kita semua bahwa menjadi sarjana bukan hanya usaha seorang mahasiswa melalui sebongkah kertas putih bernama skripsi. Menjadi sarjana juga bukan hanya sebatas memahami teori demi sidang pertanggungjawaban saja. Menjadi sarjana juga merupakan amanah mulia bagi sebagian dari mereka, karena itu merupakan bentuk pertanggungjawaban terhadap keringat ayah dan bunda.
Bayangkan saja berapa juta setiap tahunnya sarjana yang diwisuda oleh kota berlabel "istimewa" ini? sebanyak itu pula tetesan keringat orang tua terbayarkan dengan melebarnya Toga. Sungguh betapa mulia engkau wahai Jogja.

2. Djogja mengajarkan mereka hidup sederhana


Sederhana, merupakan sebuah kata ringan untuk mendeskripsikan sisi positif seseorang atau sesuatu. Di kota ini begitu banyak hal hal sederhana namun istimewa. Segala sesuatu yang tidak berlebihan, angkringan misalnya. Sebuah tempat makan sederhana, dengan gemerlap lampu jalanan, sebilah tikar dipinggir jalan.
Bukan hanya itu, dilain sisi angkringan juga mengisahkan tentang kisah kepahlawanan. Taukah kita bahwa jasa penjual angkringan merupakan pahlawan akhir bulan. Ketika recehan didompet mahasiswa hanya tersisa untuk “kerokan”, bagaikan dewa penyelamat, angkringan dengan sabarnya menunggu kehadiran kita untuk makan seraya berdialog seperti anggota dewan (duduk melingkar diatas tikar).

3. Djogja memberi arti keramahan


Seperti deskripsi diatas, berbicara masalah Djogja berarti berbicara masalah hidup, kehidupan serta penghidupan. Siapa yang tidak terketuk hatinya ketika melangkah dengan sopan didepan orang seraya menundukkan kepala? Memberikan senyuman termanis yang dimiliki seiring mengucapkan “monggo”.
Tidak hanya sumber daya manusia yang ada, taukah anda bahwa alam di Djogja juga begitu ramah, hamparan sawah di tengah kota rasanya begitu memikat mata, menarik diri untuk menertawakan hiruk pikuk kehidupan kota Jakarta.

4. Djogja memperkenalkan ragaman budaya.


Ada beragam suku, daerah, serta agama di Indonesia? Semuanya merupakan pondasi budaya. Dalam tajuk keistimewaan, nilai budaya menjadi nilaii tambah bagi setiap kepala yang berasal dari yang berbeda. Setiap mahasiswa membawakan satu atau lebih kebudayaan yang ada dikampung halamannya. Jadi bisa dibayangkan ada berapa budaya yang bergabung dalam kota budaya mengingat banyaknya makhluk Tuhan berstatus mahasiswa di kota Djogja.
Menyandang status mahasiswa adalah kebanggaan, namun akan lebih bangga jika seandainya hadirnya diri sebagai representasi nilai budaya daerahnya. Tidak hanya pengetahuan dalam akademik, kecakapan memperlihatkan kehidupan berbudaya adalah satu prestasi yang terbaik.

5. Djogja memperkenalkanku pada wanita.


Jauh hari mungkin mereka dikirimkan dengan misi pendidikan. “Belajar yang benar ya , Nak” ucap sang ayah dan bunda. Namun ketahuilah bahwa disisi lain seorang mahasiswa rantau terutama bagi mereka yang bersolo karir alias jomblo, wanita merupakan semangat tambahan. Meskipun tidak diniatkan, namun dikala hati bicara, acap kali berbohong pada sang ayah. Berkata membeli buku, namun sebetulnya membeli bensin untuk jalan bersama wanita. Namun itulah seni menjadi mahasiswa, jujur yang mematikan.
Meskipun demikian, banyak yang pada akhirnya mengisahkan kebohongannya kepada sang ayah ketika ayah bunda dan sang wanita tadi sudah menjadi satu keluarga dalam satu rumah. Dengan kata lain tidak sedikit dari mereka yang menemukn jodohnya di kota Djogja dengan jalan cerita yang konyol.

6. Djogja mengajarkan arti kerinduan


Setelah beragam kisah didapatkan, berjuta cinta digenggam, segunung ilmu diraih tibalah sebagian dari mereka harus meninggalkan kota istimewa ini. Bukan mudah meninggalkan banyak kenanga, dimanapun mereka sebelumnya. Namun di kota Djogja semua melebur menjadi satu, dikemas dengan tajuk Istimewa. Setiap sudut kota Djogja memang romantis, apalagi diiringi lagu jawa. Ingin terbang rasanya.
Singkatnya, ada banyak ratapan rindu untuk kota Djogja dari mereka yang pernah dijamu di sana. Bagaimana mungkin mereka tak terkesan terhadap cara orang-orang Djogja berjalan, menyapa, berbicara serta melihat, jika semua diselimuti dengan asas kemanusian. Pesawat hercules yang katanya kuat saja runtuh, apalagi hati pada mahasiswa yang lembut, serta lemah tak berdaya. Djogja mengajarkan mereka menghadapi kesemena-menaan dengan cara cinta. Karena keberadaan akan terasa setelah ketiadaan.

Menurutmu gimana gan ? ayo komentar yang dari jogja mana suaranya...

Source 
Load comments