Perlukah Pendidikan Tata krama dalam Bersosial Media ?

Perlukah Pendidikan Tata krama dalam Bersosial Media ?


Ngomongin fenomena yang belakangan ini terjadi, pasti nggak akan lepas dari dunia sosial media. Semenjak adanya internet dan kemuculan beberapa sosial media yang fenomenal, lahirlah banyak tokoh sosmed yang bisa dibilang punya peran menginspirasi namun juga ada yang cenderung merusak moral. 

Siapa yang nggak tau awkirun ? rasanya nama itu sudah muncul dimana-mana. Ya, nama awkirun sampai saat ini sudah menjadi trending di semua sosial media. Bukan karena prestasinya yang mengharumkan Indonesia, bukan juga karena karyanya yang diapresiasi. Sebagai wong jowo yang sejak kecil diajarkan unggah-ungguh dan tatakrama tentu melihat kelakuan si awkirun, batin ini secara naluriah menolak. Dengan melihat fenomena ini saja kita bisa tahu akan bermunculan awkirun-awkirun baru karena dampak sosial media itu besar.

Separah itukah keadaan remaja di Indonesia sekarang?. Nggak bisa ngatain itu juga sih, toh diluar sana banyak anak bangsa yang mengharumkan nama Indonesia namun nggak terekspos sama media. Disinilah masalah sesungguhnya. Ketika kita hanya disuguhkan berita negatif melulu, secara psikologis alam bawah sadar kita mungkin bisa ikut terpengaruh. Manusia cenderung akan meniru apa yang dia lihat dan apa yang dia dengar. Berita negatif menjadi berita yang mudah digoreng dan mendapat banyak respon dari orang. Secara bisnis, menyuguhkan berita semacam ini pasti lebih menguntungkan karena mendatangkan banyak pembaca yang mana pembaca itu sebenarnya adalah target pasar dari media tersebut. 

Kembali ke topik utama, rusaknya moral remaja kita saat ini mulai bermunculan di sosial media. Efek globalisasi ? kemajuan teknologi ? mungkin iya. Namun sebagai manusia yang dituntut zaman, kita tidak bisa hanya menyalahkan aspek itu saja. sebenernya sih masalahnya bukan dimedianya, tapi dimanusianya. Manusia menciptakan media, tapi manusia sendiri yang akhirnya dirusak oleh media. 

Semenjak kita mengenyam pendidikan formal, pasti selalu ditanamkan yang namanya pendidikan karakter. Guru selalu memberikan contoh bagaimana berperilaku yang baik dimasyarakat. Tapi mengapa masih saja ada manusia yang jauh dari norma dan nilai-nilai moral ?. Jawabannya karena sifat dasar manusia yang suka meniru apa yang menjadi idolanya, yang dia anggap keren.Masalah kayak gini nggak akan selesai karena bakal selalu berputar dan nggak ada ujungnya. yang bisa kita lakukan ? ya dengan memutus siklusnya. Kalau aku pribadi merasa perlunya Pendidikan Tata krama dalam Bersosial Media yang diajarkan disekolah. Kita tidak bisa melarang anak bangsa untuk berteknologi ria dan bersosmed ria. Kita tidak bisa menghambat pesatnya laju teknologi. yang bisa kita lakukan adalah tindakan preventif semacam ini. Hal ini juga nggak akan berhasil tanpa dukungan dari orang tua dan lingkungan bermain. Oleh karena itu mulai saat ini dimulai dari kita menjaga orang-orang terdekat dari pengaruh teknologi yang menjerumuskan. Mulalilah menonton tontonan sehat, mulailah membaca berita-berita sehat.

Itu saja keresahan dari saya selaku orang yang ikut tercebur dalam kemajuan teknologi. mohon maaf kalau tulisannya berantakan.