Kopi

Kopi

Deadline dan banyak pekerjaan membuat saya kembali kepada kebiasaan lama saya, minum kopi. Nampaknya, belum ada booster yang bisa membuat saya terjaga dan fokus di depan laptop untuk waktu yang cukup lama selain kopi. Bahkan kali ini secara hierarki kebutuhan, kopi sudah bergeser menjadi kebutuhan primer di hidup saya. 

Nggak cuma di rumah, saya terkadang membeli kopi di coffee shop agar tidak bosan. Tentu beda rasanya, kopi yang saya buat dengan tangan sendiri dibandingkan kopi yang dibuat oleh barista menggunakan alat. Lebih detail, penyajian kopi di coffee shop juga sangat diperhatikan, mulai dari cangkir/gelas hingga estetika kopi itu sendiri. 

Hal tersebut membuat saya ingin memperbaiki cara penyajian kopi di rumah. Mulailah saya membeli cangkir kopi yang lebih estetik. Awal-awal, saya menjadi lebih semangat untuk membuat kopi setiap pagi, entah bagaimana kopi saya menjadi terasa lebih nikmat dari sebelumnya. Padahal cuma ganti wadah. 

Waktu terus berjalan bersama dengan kebiasaan ngopi saya setiap hari. Saya kembali menemukan kejenuhan dengan kopi yang saya minum. Apakah harus membeli cangkir yang baru untuk mendapatkan suasana ngopi yang baru lagi?. Beberapa cangkir dengan desain yang modern saya save di aplikasi belanja online. Sudah banyak wishlist yang saya simpan, tapi belum saya check out karena masih melihat-lihat banyaknya desain cangkir yang bagus yang tidak ada habisnya. 

Setelah Scroll demi scroll, saya justru semakin bingung mau beli cangkir yang mana lagi. Di tengah kebingungan itu, saya kembali menyeduh kopi. Secangkir kopi panas tanpa gula dengan takaran yang sama seperti yang biasa saya buat setiap hari. Bedanya kali ini saya menggunakan sembarang cangkir (bukan yang biasa saya gunakan). Sungguh kopi dengan rasa yang sama seperti pertamakali saya buat, dan itu membuat saya merenung sejenak. 

Saya dihadapkan fakta bahwa, cangkir sama sekali tidak menambah atau mengurangi kualitas kopi. Dalam beberapa kasus memang cangkir bisa membuatnya terlihat mahal, namun dalam kasus lain itu justru bisa menyembunyikan apa yang kita minum. 

Ternyata, apa yang benar-benar saya butuhkan adalah kopi, bukan cangkirnya. Tetapi secara sadar di banyak momen saya memilih cangkir terbaik. Dan kemudian membandingkan cangkir-cangkir tersebut. 

Mungkin kalau bisa diibaratkan, kurang lebih seperti ini: 
Hidup kita adalah kopi. 
Pekerjaan, jabatan, uang dan status sosial adalah cangkirnya. Mereka hanya alat untuk menahan dan menampung kehidupan kita. Jenis cangkir yang kita miliki tidak selalu menentukan, atau mengubah kualitas hidup yang kita jalani. 

Bahkan, ketika kita hanya berkonsentrasi pada cangkir, kita malah gagal menikmati kopinya. Sama seperti yang sedang saya alami. Saya terlalu fokus mencari cangkir kopi hingga baru menyadari bahwa kopi yang saya seduh dengan cangkir sembarangan ini memiliki rasa yang sama seperti halnya kopi-kopi yang biasa saya buat.

Memandang kopi dan hidup memang tidak sepenuhnya bisa disamakan. Tapi kali ini, sepertinya saya telah diingatkan untuk lebih menikmati kopi, bukan cangkirnya. 



Load comments